Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik
seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP, dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator
penaik tegangan (step up transformator) yang ada di Pusat Listrik. Saluran
transmisi tegangan tinggi di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 66 KV, 150 KV,
dan 500 KV. Khusus untuk tegangan 500 KV dalam praktek saat ini disebut sebagai
tegangan ekstra tinggi. Masih ada beberapa saluran transmisi dengan tegangan 30
KV, namun tidak dikembangkan lagi oleh PLN. Saluran transmisi ada yang berupa
saluran udara dan ada juga yang berupa kabel tanah. Karena saluran udara
harganya jauh lebih murah daripada saluran kabel tanah, maka saluran transmisi
PLN kebanyakan berupa saluran udara. Kerugian dari saluran udara dibandingkan
dengan kabel tanah adalah bahwa saluran udara mudah terganggu , misalnya karena
petir, pohon, dan lain-lain.
Setelah
tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga
listrik ke Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator
penurun tegangan (step down transformator) menjadi tegangan menengah atau yang
juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer
yang dipakai PLN adalah 20 KV, 12 KV, dan 6 KV. Kecenderungan saat ini
menunjukkan bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah 20 KV.
Jaringan
setelah keluar dari GI biasa disebut jaringan distribusi, sedangkan jaringan
antara Pusat dengan GI (Gardu Induk) biasa disebut jaringan transmisi. Setelah
tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian
tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi
tegangan rendah dengan tegangan 380/220 Volt, kemudian disalurkan melalui.
Jaringan Tegangan Rendah selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan
(konsumen) PLN melalui Sambungan Rumah.